Selasa, 06 Juli 2010

Aku Masih Mencintaimu Seperti yang dulu…

Tubuhnya kini tak segagah dulu. Kulitnya pun sudah berkeriput dan wajahnya tak tampan seperti 40 tahun yang silam. Hingga warna rambutnya yang dulu hitam kelam, sekarang tak terlihat lagi, karena sudah berubah menjadi putih. Hanya tempat tidur dan kursi roda tempat beranjak di setiap harinya. Bahkan untuk ke kamar mandi pun ia sudah tak sanggup lagi untuk sendiri, harus ada yang membantunya.

Setiap harinya, ia hanya bisa makan dengan bubur putih dan sayuran saja, itupun aku yang harus menyuapinya. Seringkali di setiap malam, ketika semua orang sudah terlelap tidur, aku masih sibuk untuk menggaruk punggungnya yang gatal. Bahkan badanku sering kali berbau balsam oles, itu pun karena aku hampir setiap jam mengurut kaki dan tangannya yang sering merasa pegal – pegal. 


Sesaat, ketika aku berada di dapur untuk memasakkan air untuk mandinya, teringat kenangan indah saat itu, ketika ia mengucapkan kata khitbah kepadaku. Ia datang bersama kedua orang tuanya dengan pakaian sederhana namun terlihat sopan. Sungguh terlihat olehku bahwa ia lelaki yang tawadhu’, sholeh dan zuhud. Hingga akupun tak mampu menolak lamarannya, karena aku telah terpikat kesholihannya. 
Selang dalam waktu 1 bulan, akupun menikah dengannya. Ijab qobul pun terucap dibibirnya dengan begitu lancar dan saat itu hatiku benar – benar merasakan kebahagiaan yang tak mampu ku ungkapkan dalam kata. Hanya syukur bisa ku panjatkan kepadaNYa, semoga pernikahan kami barokah, hingga maut memisahkan kami. 
Setelah acara walimatul ‘ursy itu, aku mulai untuk bisa mengenal dan dekat dengannya. Di kamar pengantin itu, aku mulai bercanda dengannya dan memulai cerita kehidupan baru bersamanya. Mengarungi bahtera rumah tangga di tengah samudera bersamanya. Suka dan duka selalu kita bagi bersama. Hingga teringat olehku ketika ia genggam tanganku ini untuk pertama kalinya. Rasa hati ini begitu bergetar dan degupan jantung tak mampu untuk bisa ku hitung lagi. 
Kembali dalam ingatanku, ternyata air yang ku masak sudah mengepulkan asapnya, tanda sudah mendidih. Lalu segera ku siapkan semuanya di dalam kamar mandi dan aku mengambilkan handuk untuknya. Ku dorong kursi roda itu bersama salah satu anakku menuju kamar mandi, dan memapahnya untuk duduk di dipan kursi. Dengan belaian lembut tanganku menggunakan sebuah kain, ku usapkan air itu ke seluruh bagian tubuhnya yang tentunya ku mulai bagian kanan terlebih dahulu. 
Hati ini begitu teriris melihat kondisinya yang sudah mulai melemah tak berdaya. Walau kini kau tak setampan dan segagah dulu, namun aku tetap akan setia menemanimu. Menemani ketidak berdayaanmu, menemani ketika kau membutuhkan ku dan menemani ketika engkau merasa tak mampu lagi seperti yang dulu. Dalam hati kecilku ini, aku hanya mampu mengungkapkan rasa bahwa aku masih mencintaimu seperti yang dulu suamiku. Sama seperti ketika pertama kali kau mengucapkan kata khitbah kepadaku. Dan rasa itu selamanya tak akan pernah berubah kepadamu sedikitpun hingga maut memisahkan kita berdua. 

By : Syamsa Nggie

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Potrek wanita yg setia dan sangat luar biasa menurut ane pribadi. cintanya tak pudar walaupun waktu senja sudah menghampiri mereka mungkin begitu salah satu contoh cinta sejati barangkali. semoga Ane khususnya mendapatkan wanita seumpamanya. Amien

Posting Komentar




MUSLIMAH PERADABAN © 2010 Template by:
Nindiana Amalia