Minggu, 13 Juni 2010

SUAMI IDEAL

Konon ada seorang raja dari kerajaan Himyar (nama sebuah kota di Yaman) yang tidak seorang anak laki – laki dalam kurun masa yang lama. Selanjutnya, lahirlah anak perempuannya. Ia pun lantas membangunkan putrinya sebuah istana yang tinggi dan jauh dari peradaban manusia.
Ia juga mengutus beberapa wanita dari para kerabatnya untuk melayani putrinya dan mengasuhnya hingga putrinya besar dan menjadi seorang gadis dewasa. Maka, hiduplah putrinya tersebut dalam keadaan yang paling baik lagi sempurna, baik akalnya maupun kesempurnaannya.

Tatkala ayahnya meninggal, keluarganya mewariskan seluruh harta kekayaan kepadanya. Para wanita yang telah mengasuhnya meminta untuk mempergunakan harta itu. Lalu, semuanya bermusyawarah, tetapi tidak membuahkan keputusan sama sekali.
Mereka lantas bertanya kepadanya, “Wahai tuan putri, sekiranya Anda menikah, niscaya sempurnalah kekuasaan Anda,”.
Ia menjawab, “Lalu, siapakah yang layak menjadi suamiku?”. Salah seorang dari mereka berujar, “Suami yang bersikap mulia dalam kesusahan dan penolong segala urusan. Jika Anda marah, ia berbelas kasih, sedangkan jika Anda sakit, ia bersikap lemah lembut”. Ia pun berkata, “Itu adalah sesuatu yang paling dinikmati”.
Wanita yang kedua berkata, “ Seorang suami yang menjadi tanda bagiku, peganganku, tempat bersandar ketika aku tidur dan yang kulupakan ketika aku sendiri”. Ia lalu berkata, “Ini termasuk kesempurnaan hidup yang baik”.
Kemudian, wanita yang ketiga berujar, “Menurutku, seorang suami yang bisa mencukupi ketika aku kekurangan, menyembuhkan dikala aku sakit dan membuatku cukup disaat aku kehilangan ribuan orang. Air ludahnya seperti madu, pelukannya serasa kekal abadi, menemaninya tidak membuat bosan dan rasa hausanya tidak membuat takut”.
Ia lantas berkata, “Biarkan aku memikirkan apa yang telah kalian ucapkan”. Lalu, ia mengasingkan diri dari mereka selama tujuh hari. Setelah itu ia memanggil mereka semua lantas berkata, “Aku telah memahami apa yang kalian katakan. Maka, aku dapati bahwa calon suamiku itu haruslah orang yang mulia, sehingga aku bisa menyampaikan kepadanya makanan dan hakku.
Karena itu, jika akhlaknya terpuji dan terjaga dari kejelekan, berarti aku telah mendapatkan apa yang kucari. Sementara kalau tidak seperti itu, berarti kesengsaraanku berkepanjangan. Seyogianya ia adalah orang yang sekufu, memuliakan keluarganya dan memimpin sanak familinya. Sehingga, aku pun tidak merasakan kehinaan karenanya sepanjang hidupku dan tidak membuat malu kaumku setelah kematianku”.
Maka, mereka mencarikan untuknya suami dengan sifat – sifat yang telah disebutkan tadi. Selanjutnya, ia menikah dengannya. Ia menghilang dari para pengasuhnya selama sebulan, lalu muncul kembali dengan mengucapkan terima kasih dan memberikan imbalan yang besar kepada mereka. 

Di Tulis kembali oleh Syamsa Nggie dari Buku “ Menjadi Istri Penuh Pesona”

1 komentar:

MUSLIMAH PERADABAN mengatakan...

Enaknya kalo udah punya pangeran....
tali sepatunya copot juga bakalan di talikan lagi....hehehehehe
Kayak gambar diatas....
Semoga....

Posting Komentar




MUSLIMAH PERADABAN © 2010 Template by:
Nindiana Amalia